POTENSI DEPOSIT WOLFRAM DI INDONESIA

STUDI KASUS TOBOALI - BANGKA SELATAN

Penulis

  • Imelda Eva Roturena Hutabarat Politeknik Energi dan Pertambangan (PEP) Bandung
  • Sabtanto Joko Suprapto
  • Priatna
  • Maryono
  • Rudiyansah

DOI:

https://doi.org/10.30556/jtmb.Vol19.No2.2023.1478

Kata Kunci:

deposit, Toboali, scheelite, wolframite, wolfram

Abstrak

Pulau Bangka merupakan salah satu pulau pada jalur Sabuk Timah Asia Tenggara yang membuat Indonesia menjadi produsen timah (Sn) terbesar di dunia. Mineral pembawa wolfram merupakan mineral ikutan dari mineral timah (kasiterit). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keberadaan dan jenis mineral pembawa wolfram pada deposit timah di Pulau Bangka. Area penelitian dilakukan  di tepi timur Granit Klabat di Desa Kepoh, Kecamatan Toboali, Bangka Selatan, pada koordinat 106o 31’ 58” BT,  2o 56’ 56” LS. Penelitian menunjukkan keberadaan wolfram dengan informasi kadar wolfram pada urat mencapai 8287 ppm. Keberadaan wolfram ini teridentifikasi sebagai mineral ikutan pada sistem mineralisasi timah di Toboali bersama dengan logam tanah jarang (LTJ), molibdenum (Mo) dan platinum (Pt). Hasil penelitian analisis (UV, XRF, ICP OES, mineragrafi) pada mineral area Toboali menunjukkan keberadaan wolfram dalam bijih, konsentrat, terak, dan kerak lantai. Mineral pembawa wolfram yang diidentifikasi adalah wolframite (Fe.Mn)WO4 dan scheelite (CaWO4) yang dikarakterisasi melalui perbedaan sifat seperti warna, fluorosence, magnetik, dan berat jenis. Hasil yang diperoleh menunjukkan keterdapatan wolfram pada bijih area Toboali dengan kadar 742 ppm dan juga pada proses timah yaitu pada terak II sebesar 1,02 %. Selain itu wolfram terindikasi pada kerak lantai furnace dan pada lumpur anoda. Indonesia sebagai salah satu negara pemilik mineral wolfram perlu melakukan kelanjutan proses ekstraksi wolfram sehingga Indonesia mendapat nilai tambah dari mineralnya.

Referensi

Arvidson, B.R. dan Norrgran, D. (2014) “Magnetic separation,” in C.G. Anderson, R.C. Dunne, dan J.L. Uhrie (ed.) Mineral Processing and Extractive Metallurgy: 100 Years of Innovation. Englewood: Society for Mining, Metallurgy and Exploration, Inc., hal. 223.

van Bemmelen, R.W. (1949) The geology of Indonesia Volume II. The Hague: Government Printing Office.

Critical Minerals Office (2023) Australia’s critical minerals list, Department of Industry, Science and Resources. Tersedia pada: https://www.industry.gov.au/publications/australias-critical-minerals-list (Diakses: 24 Juni 2023).

Habashi, F. (2015a) “Minerals and the mineral industry,” in Metals from Ores - An Introduction to Extractive Metallurgy. Quebec: Department of Mining, Metallurgical and Materials Engineering Laval University.

Habashi, F. (2015b) “The earth’s crust,” in Metals from Ores - An Introduction to Extractive Metallurgy. Quebec: Department of Mining, Metallurgical and Materials Engineering Laval University.

Habashi, F. (2015c) “The metal industry,” in Metal from Ores - An Introduction to Extractive Metallurgy. Quebec: Department of Mining, Metallurgical and Materials Engineering Laval University.

Hariyanto (2022) “Potensi dan ketahanan cadangan mineral kritis dan mineral strategis (nikel, tembaga, emas dan perak, timah, bauksit/ alumunium, logam tanah jarang/ LTJ).” Bandung: Badan Geologi - KESDM.

Hutabarat, I.E.R. (2022) “Metalurgi non ferous.” Bandung: Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung.

Hutabarat, I.E.R., Suprapto, S.J., Priatna, Rudiansyah dan Maryono (2022) Ekstraksi logam berharga dari timah aluvial. Bandung.

Hutabarat, I.E.R., Suprapto, S.J., Yunanto, T., Raja, D.L., Putra, I. dan Rohman, A. (2021) Ekstraksi logam berharga dari bijih timah. Bandung.

Langner, B.E. (2012) Metals lexicon. Germany: Aurubis.

Lassner, E., Schubert, W.-D., Lüderitz, E. dan Wolf, H.U. (2012) “Tungsten, Tungsten Alloys, and Tungsten Compounds,” in Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry. Weinheim, Germany: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA. Tersedia pada: https://doi.org/10.1002/14356007.a27_229.

Mursito, A.T. (2022) “Pengembangan dan kesiapan teknologi industri pertambangan dalam negeri untuk mendukung hilirisasi mineral.” Pusat Riset Teknologi Pertambangan - Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material.

Outokumpu (2020) “Wilfrey concentrating tables gravity separation shaking tables.” Outokumpu Technology.

PT Timah Tbk. (2012) “Rare earth potential - Indonesia in tin belt.” Badan Geologi - KESDM.

Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (2021) “Neraca sumber daya mineral, batubara, dan panas bumi.” Badan Geologi - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Rumbu, R. (2017) Refractory materials extractive metallurgy: Titanium - Zirconium -Tungsten - Molybdenum - Vanadium - Rhenium. 1st Editio. Cape Town: 2RA-Publishing.

Schwartz, M.O., Rajah, S.S., Askury, A.K., Putthapiban, P. dan Djaswadi, S. (1995) “The Southeast Asian tin belt,” Earth-Science Reviews, 38(2–4), hal. 95–293. Tersedia pada: https://doi.org/10.1016/0012-8252(95)00004-T.

Schwartz, M.O. dan Surjono (1991) “The Pemali tin deposit, Bangka, Indonesia,” Mineralium Deposita, 26(1), hal. 18–25. Tersedia pada: https://doi.org/10.1007/BF00202359.

Simbolon, A.M. (2022) “Tata kelola industri berbasis mineral dan batubara,” in The 1st Indonesia Minerals Mining Industry Conference-Expo 2022. Bandung: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.

Sreenivas, T., Sinivas, K., Natarajan, R. dan Padmanabhan, N.P.H. (2004) “An integrated process for the recovery of tungsten and tin from a combined wolframite–scheelite–cassiterite concentrate,” Mineral Processing and Extractive Metallurgy Review, 25(3), hal. 193–203. Tersedia pada: https://doi.org/10.1080/08827500490441332.

Unduhan

Diterbitkan

2023-07-31