Download
Vol 7 No 3 (2011): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Juli 2011

Aktifitas penambangan mineral dan batubara serta pengolahannya jika tidak dikelola secara baik dan profesional akan menjadi salah satu penyumbang limbah yang notabene berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Bagi industri pertambangan skala besar secara umum sudah melakukan penanganan limbah, misalnya limbah pengolahan sebelum dikeluarkan sudah melalui proses detoksifikasi atau proses sejenisnya. Namun tidak demikian halnya bagi industri-industri kecil-menengah. Penambangan dan pengolahan bijih emas skala kecil di Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) yang memakai logam cair merkuri untuk menangkap partikel-partikel emas adalah salah satu contoh yang perlu perhatian serius. Limbah cair dan sedimen yang dibuang terdeteksi mengandung bahan berbahaya merkuri diatas ambang batas yang diijinkan. Oleh karena itu, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (jurnal tekMIRA) edisi Juli 2011 ini diawali dengan membahas salah satu cara mengurangi kandungan berbahaya merkuri yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat setempat. Untuk itu telah dibuat rancangan pengelolaan limbah secara sederhana, murah dan bermanfaat, yaitu menggunakan tanaman eceng gondok yang mempunyai kemampuan menyerap ion-ion merkuri. Jadi teknologi pengolahan limbah sangat diperlukan sebagai kunci dalam memelihara kesehatan lingkungan. Makalah kedua masih berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan yaitu melalui kajian reklamasi lahan bekas tambang untuk keperluan pertanian. Lahan bekas tambang pada umumnya telah mengalami degradasi meliputi perubahan sifat-sifat fisika, kimia dan biologis tanah, yang artinya tingkat kesuburannya rendah. Dalam kajian ini telah dilakukan serangkaian pentahapan kajian pengolahan tanah, penggemburan, pemberian kapur untuk tanah asam, pemberian pupuk kandang sebelum revegetasi. Kemudian ditanami jagung, cabe dan kacang tanah serta diberi pupuk buatan secukupnya. Hasil tanaman memberikan nilai cukup signifikan, yang berarti bahwa lahan bekas tambang ternyata bisa dimanfaatkan dengan baik sebagai lahan pertanian. Makalah berikutnya masih berkaitan dengan masalah lingkungan yaitu kemungkinan adanya senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) dari emisi pembakaran briket batubara. Senyawa PAH diketahui sangat berbahaya karena bersifat karsinogenik yaitu diyakini sebagai pencetus tumor/kanker dan biasanya terkandung pada tar batubara. Namun, hasil identifikasi terhadap emisi pembakaran briket batubara ternyata cukup aman dengan konsentrasi total PAH dibawah nilai ambang batas. Berikutnya, untuk makalah keempat dan kelima beralih ke masalah keekonomian mineral dan batubara. Kita tahu bahwa Undang-undang No. 4/2009 tentang Minerba secara umum isinya menyangkut perihal do- mestic market obligation, kebijakan produksi minerba, peningkatan nilai tambah dan good mining practice. Ini semua tentu dalam rangka optimalisasi manfaat pertambangan bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun kajian tentang peranan pertambangan mineral/batubara di Indonesia saat ini bagi perekonomian nasional sepertinya belum cukup memberikan manfaat optimal, karena masih teridentifikasi beberapa kendala-kendala yaitu: produk pertambangan sebagian besar masih dalam bentuk bahan mentah, sulitnya dukungan perbankan, sumber daya manusia belum memadai, teknologi masih konvensional, hubungan industri dengan lembaga litbang belum terjalin dengan baik padahal inovasi teknologi sangat diperlukan. Makalah terakhir adalah pra-studi kelayakan finansial pembangunan industri Coal Water Mixture (CWM). Hasil kajian sementara menunjukkan bahwa pembangunan pabrik CWM dari aspek finansial sangat menguntungkan. Oleh karena itu, sebaiknya para pemangku kepentingan seperti investor, bank pemberi kredit, pemerintah sebagai fasilitator tata peraturan dan perundang-undangan perlu berkomunikasi secara intensif untuk pengembangan energi berbasis batubara.
Demikian sekilas uraian kata pengantar dari redaksi, mudah-mudahan jurnal tekMIRA edisi Juli 2011 ini bisa bermanfaat untuk semua pembaca. Selamat membaca.
Redaksi