Download
Vol 6 No 3 (2010): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Juli 2010

Komitmen keberpihakan pemerintah pada subsektor mineral dan batubara untuk kepentingan dalam negeri berdasarkan amanat Undang-undang Minerba No.4 tahun 2009 secara terus menerus didengungkan menuju pola penciptaan nilai tambah. Dalam hal ini menteri ESDM mendorong Dirjen Minerbapabum untuk menyusun target-target penciptaan nilai tambah yang optimal. Seiring dengan hal tersebut, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara edisi ini berpartisipasi mengetengahkan hasil-hasil kajian dan penelitian yang berkaitan dengan nilai tambah; termasuk kajian peraturan-peraturan, pengembangan wilayah dan dampak penambangan sebagai manifestasi dari peningkatan nilai tambah tersebut.
Peraturan daerah (Perda) merupakan perangkat yang diharapkan mampu menata langkah-langkah penerapan investasi peningkatan nilai tambah subsektor mineral dan batubara yang tepat di daerah. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa euforia reformasi yang telah berjalan satu dasa warsa ini memunculkan daerah-daerah otonom yang “over-reactive” menerbitkan bebagai peraturan daerah untuk mengatur kondisi daerahnya sesuai prinsip otonomi daerah. Ironisnya; daerah cenderung mengutamakan peningkatan penerimaan pendapatan asli daerahnya yang tidak sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Pada akhirnya, iklim usaha yang tidak kondusif muncul dan menghambat pertumbuhan ekonomi serta peluang investasi di daerah tersebut. Solusi pemecahan masalah berupa saran-saran konstruktif juga dikemukakan dalam kajian ini.
Teknologi peningkatan nilai tambah batu kapur khususnya mengenai penciptaan produk-produk berbasis batu kapur diulas terperinci melalui pendekatan deskriptif, kompilasi dan eksplanatori. Materi ulasannya mulai dari produk kapur kualitas sedang hingga kualitas tinggi termasuk spesifikasinya yang dapat diproduksi melalui proses inovasi teknologi. Produk-produk batu kapur seperti PCC, GCC dan nano-PCC berharga jauh lebih mahal untuk bahan baku industri yang lebih maju. Pasir zirkon, yang keberadaannya masih berkualitas rendah, terhampar sebagai pasir sisa penambangan/ pengolahan emas alluvial di Kalimantan, diupayakan diolah menjadi zirkonia semi-stabil sebagai material kuat, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alloy oleh industri-industri permesinan, piston, nozel, dll. Zirkonia semi-stabil ini memiliki nilai tambah jauh lebih tinggi dibandingkan pasir zirkon. Namun topik ini masih pada tahap penelitian di laboratorium.
Analisis cadangan dan kualitas lempung Kebumen serta dampak penambangannya terhadap lingkungan serta kemungkinan mereduksi dampak negatifnya juga dibahas melalui perolehan data-data peta tematik, geologi lapangan dan analisis laboratorium. Selain itu, disajikan pula kajian pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar untuk penentuan lokasi prioritas pengusahaan bahan galian melalui metode analisis faktor. Kedua topik bahasan terakhir ini juga merupakan pengejawantahan aspek peningkatan nilai tambah.
Akhir kata, redaksi percaya bahwa ragam topik kajian dan penelitian yang disajikan dalam Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara edisi ini dapat menambah wawasan para peneliti, perekayasa, pemerhati subsektor mineral batubara serta para pembaca pada umumnya.
Redaksi