Vol 6 No 1 (2010): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2010

					Lihat Vol 6 No 1 (2010): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2010

Sebagai peneliti atau pejabat fungsional lainnya, konon belum terasa lengkap, bila belum membaca karya-karya ilmiah dari majalah atau jurnal terbaru di bidang masing-masing, demikian ungkap seorang pakar yang telah malang-melintang di dalam maupun luar negeri. Memang di Indonesia sudah banyak bermunculan jurnal-jurnal ilmiah. Namun diakui, sebagian besar jurnal-jurnal lokal tersebut masih belum mampu menyamai jurnal-jurnal ilmiah luar negeri. Walaupun demikian, apapun alasannya, Jurnal tekMIRA ini pastilah bermanfaat, paling tidak berusaha membawa misi sebagai sarana berbagi informasi iptek yang diwujudkan melalui pengungkapan misteri teknologi secara sistematis atau yang lazim disebut sebagai karya ilmiah berkaitan dengan komoditas mineral dan batubara di Indonesia.

 

Jurnal tekMIRA edisi kali ini mengetengahkan hasil-hasil penelitian yaitu: Pemanfaatan mineral berunsur besi sebagai katalis dalam proses pencairan batubara untuk mendapatkan bahan bakar minyak alternatif. Mineral berunsur besi diambil dari ampas flotasi bijih sulfida tembaga/emas PT. Freeport Indonesia yang banyak mengandung pirit. Diharapkan, proses pencairan batubara kelak dapat ikut berpartisipasi memanfaatkan ampas yang jumlahnya melimpah itu. Kolektor anionik ditiofosfat (DTP) diketahui sebagai kolektor untuk flotasi mineral-mineral sulfida seng dan tembaga dengan kemampuan hidrofobisitas lemah. Oleh karena itu, dia jarang digunakan sebagai kolektor tunggal, melainkan hanya digunakan sebagai kolektor tambahan (extender collector) terhadap kolektor lain, misalnya xanthate. Walaupun demikian, percobaan mengapungkan kalkopirit dan sfalerit menggunakan kolektor DTP sebagai kolektor utama berhasil baik, asalkan memiliki rantai hidrokarbon yang panjang. Nikel matte berupa senyawa logam nikel-belerang saat ini diproduksi oleh PT. Inco. Produk ini bukan produk akhir logam nikel, namun perlu diolah lebih lanjut, agar menghasilkan logam nikel. Upaya mengolah nikel matte menjadi logam nikel melalui jalur hidrometalurgis sedang diteliti keberhasilannya yang dituangkan dalam jurnal ini. Selain itu, rencana penambangan/pengolahan bijih bauksit di Kalimantan Barat yang dikelola oleh PT. Antam Tbk. akan beroperasi menggunakan proses Bayer yang tentunya akan menghasilkan limbah berupa lumpur merah (red mud) sebanyak kira-kira 50% dari bijihnya yang diolah, dan mengandung besi sekitar 35% dari limbah tersebut. Limbah ini jika tidak ditangani dengan baik, akan mencemari lingkungan. Partisipasi dalam hal mengambil besi dari lumpur merah untuk bahan baku peleburan besi telah dilakukan melalui percobaan laboratorium dan hasilnya untuk sementara dituangkan dalam jurnal ini. Bahan galian nonlogam dulu disebut bahan galian industri, ibarat “hidup segan mati pun tak mau”, meskipun disebutkan jumlahnya cukup banyak di Indonesia. Perkembangan produksi bahan galian nonlogam ini sangat fluktuatif; sebagian besar diproduksi dengan kualitas rendah tanpa disentuh teknologi pengolahan yang tepat. Perkembangan dan prospeknya diulas dan dievaluasi melalui pendekatan deskriptif dengan memanfaatkan data proyeksi terbaru yang telah dihitung oleh berbagai sumber.

 

Beragam makalah di atas mengisyaratkan bahwa komoditas mineral dan batubara di Indonesia masih perlu ditangani secara profesional. Hal ini sesuai dengan salah satu klausul dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa aspek peningkatan nilai tambah komoditas tersebut harus terus-menerus dilakukan dengan cara melakukan peningkatan penguasaan teknologi yang terkait. Dengan demikian diharapkan komoditas tersebut mendapat respons yang baik dari para penggunanya, terutama industri pemakainya yang selama ini melakukan impor komoditas serupa, agar tingkat ketergantungan kebutuhan komoditasnya dapat dipenuhi dari dalam negeri sendiri.

 

 

Redaksi

Diterbitkan: 2018-02-21