Vol 9 No 1 (2013): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2013

					Lihat Vol 9 No 1 (2013): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2013

Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (Jurnal tekMIRA) Vol.9, No.1, bulan Januari kembali hadir mengawali tahun 2013 ini. Kepada para pembaca yang budiman; kami dari Redaksi tidak lupa mengucapkan selamat Tahun Baru 2013, semoga selalu sukses dalam berkarya dengan membawa rencana baru, upaya baru, harap- an baru serta tentunya akan ada tantangan-tantangan baru. Tantangan baru tersebut sepertinya berkaitan dengan isu hangat akhir-akhir ini yaitu mengenai hilirisasi industri mineral dan batubara di Indonesia. Hili- risasi adalah upaya penciptaan produk bernilai tambah, yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 4/2009 tentang pertambangan mineral dan batubara, serta Peraturan Menteri ESDM No.7/2012 tentang peningkatan nilai tambah melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral. Hilirisasi yang di dalamnya terkandung peningkatan nilai tambah merupakan strategi yang sangat baik, karena akan menyumbang manfaat ekonomi untuk bangsa dan Negara seperti penciptaan produk kualitas tinggi dan pembukaan lapangan kerja baru. Dalam proses hilirisasi sektor pertambangan mineral dan batubara selain menciptakan teknologi pengolahan dan pemurnian untuk mendapatkan produk bernilai tambah, juga tidak boleh mengabaikan aspek hulunya, yaitu pemetaan cadangan sumber daya yang benar dan akurat, karena jumlah cadangan yang tidak jelas atau kecil tentu tidak akan ekonomis untuk proses hilirisasi. Dari aspek lingkungan dan keselamatan kerja tambang juga perlu dicermati agar dapat meningkatkan produktifitas proses hilirisasi. Aspek kebijakan dan supply/demand produk hasil hilirisasi termasuk penyediaan energi dan infrastruktur juga perlu mendapat perhatian untuk keberlangsungan proses hilirisasi.

Jurnal tekMIRA edisi Januari 2013, Vol. 9, No.1 ini mengetengahkan topik-topik makalah yang kiranya da- pat menunjang proses hilirisasi industri mineral dan batubara di Indonesia. Topik-topik tersebut membahas perspektif keselamatan kerja/lingkungan pertambangan, perspektif kebijakan dan perspektif teknologi proses pengolahan/pemurnian. Topik pertama mengenai “Perekayasaan alat pendeteksi gas metana menggunakan teknologi sinar infra merah pada tambang batubara bawah tanah”. Alat ini adalah hasil rekayasa yang sudah diuji coba di beberapa tambang batubara bawah tanah dengan hasil cukup akurat dibandingkan dengan alat sejenis yang sudah komersial. Alat hasil rekayasa ini dapat memonitor kadar gas metana secara menerus agar dapat diantisipasi jika kadarnya diatas ambang batas sehingga dapat terhindar dari kemungkinan terjadi ledakan dalam tambang batubara bawah tanah. Topik kedua berkaitan dengan masalah lingkungan yaitu penulisnya mencoba melakukan “Estimasi biomassa vegetasi hutan sekunder menggunakan teknologi inderaja dan SIG”. Penghitungan besaran biomassa hutan sangat diperlukan untuk mengetahui potensi siklus karbon atau kemampuan penyerapan/pengurangan kadar CO2 di udara sekitar tambang batubara. Topik ketiga mem- bahas aspek kebijakan pertambangan; seperti diketahui bahwa pemasok batubara untuk kebutuhan dalam negeri hanya dilakukan oleh perusahaan pemegang PKP2B, sedangkan perusahaan-perusahaan lainnya yang diperkirakan memproduksi dalam jumlah yang jauh lebih besar bahkan tidak memiliki kewajiban memasok batubara untuk kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, “Pengendalian produksi batubara nasional” perlu dianalisis dengan cermat sebelum pemerintah membuat kebijakan baru. Topik berikutnya adalah evalua- si “Indikator-indikator nilai tambah ekonomi Indonesia berbasis energi dan sumber daya mineral” yang meliputi nilai tambah sektoral yang berdampak pada nilai sumbangan terhadap PDB nasional dan nilai tambah kewilayahan yang berdampak pada manfaat bagi masyarakat di sekitar tambang dalam bentuk CSR. Indikator-indikator tersebut merupakan bagian dari program pengembangan wilayah untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi Indonesia. Topik terakhir mengenai penelitian teknologi proses “Pengolahan bijih mangan menjadi ferromangan”. Diketahui bahwa ferromangan merupakan ferroalloy yang mengandung kadar mangan cukup tinggi untuk digunakan sebagai bahan baku dalam industri besi baja. Kebutuhan besi baja di Indonesia memang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan proyek infrastruktur dalam rangka percepatan pembangunan ekonomi Indonesia. Produksi baja Indonesia masih kecil dan bahan bakunya masih impor. Oleh karena itu, pemanfaatan bijih mangan menjadi ferromangan dimaksudkan sebagai salah satu pendukung rencana pendirian pabrik baja baru di Indonesia.

Demikian sekilas tentang makna makalah-makalah yang disusun oleh para penulis yang telah berusaha me- nuangkan ide-ide ilmiah penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi sektor mineral dan batubara dalam jurnal tekMIRA edisi Januari 2013 ini, dengan harapan semoga bermanfaat, khususnya dalam upaya menunjang misi hilirisasi sektor mineral dan batubara di Indonesia. Selamat membaca.

 

Redaksi

Diterbitkan: 2018-02-18