KARAKTERISTIK GEOKIMIA LEMPUNG DAN KUALITASNYA SEBAGAI PENJERNIH MINYAK SAWIT DI KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT
DOI:
https://doi.org/10.30556/jtmb.Vol20.No3.2024.1597Kata Kunci:
daya pucat, geokimia, luas permukaan, lempung, minyak sawit, montmorilonit, tanah pemucatAbstrak
Sebelum dapat dikonsumsi, minyak sawit harus diolah melalui beberapa proses salah satunya adalah penjernihan. Untuk mendapatkan warna minyak yang sesuai dengan kualitas tertentu maka diperlukan proses pemucatan terhadap minyak sawit dengan menggunakan tanah pemucat atau biasa disebut bleaching earth (BE) yang bahan dasarnya menggunakan lempung. Lempung banyak ditemukan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat pada Formasi Jampang Anggota Cikarang dan Formasi Lengkong. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran geokimia dan mengetahui komposisi kimia mineral lempung di Formasi Jampang Anggota Cikarang dan Formasi Lengkong serta bagaimana pengaruhnya terhadap sifat luas permukaan dan kualitas daya pucatnya terhadap minyak sawit. Penelitian ini menggunakan lima sampel lempung, yaitu tiga sampel dari Formasi Jampang Anggota Cikarang dan dua sampel dari Formasi Lengkong. Untuk memperoleh karakteristik komposisi geokimia, setiap sampel dianalisis menggunakan metode XRD, SEM, dan XRF, sedangkan untuk mendapatkan informasi kualitas daya pucat sebagai penjernih minyak sawit dilakukan pengukuran luas permukaan spesifik lempung menggunakan alat SAA serta pengukuran indeks warna minyak sawit yang telah disaring oleh masing-masing sampel lempung menggunakan alat Lovibond Tintometer. Hasil menunjukkan adanya korelasi antara kadar mineral montmorilonit terhadap nilai luas permukaan dan kualitas daya pucat lempung. Semakin besar luas permukaan lempung, semakin tinggi daya pucat dari lempung tersebut terhadap minyak sawit. Selain itu, nilai luas permukaan lempung juga berhubungan dengan kandungan montmorilonit. Sampel lempung dengan nilai luas permukaan yang tinggi yaitu sampel FJ-1 dengan luas permukaan 111,5 m2/g dan FJ-2 dengan luas permukaan 106,4 m2/g, memiliki kadar montmorilonit yang lebih besar berturut-turut sebesar 67,2 dan 70,7% dibandingkan pada sampel FJ-3, FL-1 dan FL-2 yaitu sebesar 17,4, 47,4 dan 32,9%. Oleh sebab itu untuk mendapatkan lempung yang baik sebagai BE bagi industri minyak sawit dapat digunakan lempung dengan kadar mineral montmorilonit yang tinggi.
Referensi
Ade Ihsanudin, Mega Fatimah Rosana dan Johanes Hutabarat (2023) “Delineasi potensi bentonit menggunakan metoda geolistrik di Desa Sekarwangi, Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten,” Buletin Sumber Daya Geologi, 18(1), hal. 1–13. Tersedia pada: https://doi.org/10.47599/bsdg.v18i1.378.
Anjani, I.G., Saputri, A.B., Armeira, A.N.P. dan Januarita, D. (2022) “Analisis konsumsi dan produksi minyak kelapa sawit di Indonesia dengan menerapkan metode moving average,” JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 9(4), hal. 1014. Tersedia pada: https://doi.org/10.30865/jurikom.v9i4.4506.
Aroke, U.O. dan El-Nafaty, U.A. (2014) “XRF, XRD and FTIR properties and characterization of HDTMA-Br surface modified organo-kaolinite clay,” International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, 4(4), hal. 817–825.
Belghazdis, M. dan Hachem, E.-K. (2022) “Clay and clay minerals: A detailed review,” International Journal of Recent Technology and Applied Science, 4(2), hal. 54–75. Tersedia pada: https://doi.org/10.36079/lamintang.ijortas-0402.367.
Doloksaribu, F. dan Suaka, I.Y. (2021) “Penjernihan minyak berbasis sains terapan melalui adsorbsi lempung montmorilonit pada waste oil yang beredar di Jayapura,” Jurnal Abmas, 19(1), hal. 14–20. Tersedia pada: https://doi.org/10.17509/abmas.v19i1.36463.
Hardjowigeno, S. (1985) Genesis dan klasifikasi tanah. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Husain, R. (2022) “The influence of clay minerals on soil plasticity (Case study on weathering of claystone),” International Journal of Engineering and Science Applications, 9(2), hal. 49–54.
Jozanikohan, G., Sahabi, F., Norouzi, G.H. dan Memarian, H. (2015) “Thermal analysis: A complementary method to study the Shurijeh clay minerals,” International Journal of Mining and Geo-Engineering, 49(1), hal. 33–45. Tersedia pada: https://doi.org/https://doi.org/10.22059/ijmge.2015.54362.
Labaik, G. (1970) “Kajian terhadap bentonit di Kabupaten Tasikmalaya dan kemungkinannya dijadikan bahan pembersih minyak sawit (CPO),” Buletin Sumber Daya Geologi, 1(1), hal. 38–42. Tersedia pada: https://doi.org/10.47599/bsdg.v1i1.194.
Martodjodjo, S. (1984) Evolusi cekungan Bogor Jawa Barat. Bandung: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
Satiyawira, B. (2019) “Pengaruh temperatur terhadap sifat fisik sistem low solid mud dengan penambahan aditif biopolimer dan bentonite extender,” PETRO:Jurnal Ilmiah Teknik Perminyakan, 7(4), hal. 144–151. Tersedia pada: https://doi.org/10.25105/petro.v7i4.4282.
Suherman, A. (2016) Genesis mineral lempung bentonit pada Daerah Cimapang, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Universitas Trisakti.
Sukamto (1975) Peta geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa. Bandung.
Susilawati dan Naqiatuddin, N.A. (2014) “Chemical activation of bentonite clay and its adsorption properties of methylene blue,” Jurnal Natural, 14(2), hal. 7–12.
Thorffata, D.S., Sutarto dan Soesilo, J. (2022) “Geologi dan karakteristik batuan dasar terhadap endapan nikel laterit di Daerah Watupari, Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara,” Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA, 9(1), hal. 110–117.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara menyediakan akses terbuka yang pada prinsipnya membuat konten yang tersedia dapat diakses secara gratis untuk umum dan mendukung pertukaran informasi/pengetahuan secara global.

Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara berada di bawah lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Jurnal Teknolgi Mineral dan Batubara provides immediate open access to its content on the principle that making research freely available to the public to supports a greater global exchange of knowledge.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.