Vol 19 No 3 (2023): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2023

Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2023

Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, Volume 19, Nomor 3, edisi September 2023, hadir kembali dengan membahas berbagai topik mengenai pengolahan dan pemanfaatan mineral dan batubara. Artikel pertama menyajikan topik terkait keterdapatan, karakterisasi serta pemurnian dengan metode flotasi terhadap mineral kasiterit pada bijih timah primer tipe skarn di Pulau Belitung. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemisahan mineral berharga dari pengotor melalui metode flotasi yaitu asosiasi mineral, skema penggunaan jenis kolektor, kondisi pH, penggunaan depresan dan lain-lain. Hasil karakterisasi sampel menunjukkan bahwa bijih timah primer tipe skarn asal Pulau Belitung mengandung Sn dengan kadar rendah yaitu 0,1615% dalam bentuk mineral kasiterit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa flotasi kasiterit pada variasi pH cenderung menunjukkan performa yang lebih baik pada pH 8. Flotasi dengan variasi jenis kolektor menunjukkan bahwa recovery Sn menggunakan kolektor salicylhydroxamic acid (SHA) < sodium oleate (SO) < campuran SHA+SO. Jika ditinjau dari segi kadar pada konsentrat, maka kadar Sn menggunakan kolektor SO < SHA+SO < SHA. Percobaan flotasi menggunakan ketiga jenis kolektor pada kondisi penggunaan dan tanpa penggunaan depresan menunjukkan bahwa performa flotasi lebih baik pada kondisi tanpa penggunaan depresan. Artikel kedua memaparkan karakteristik abu layang (fly ash) dari PLTU Tanjung Selor dan potensinya sebagai prekursor material aluminosilikat. Pemanfaatan abu layang sangat dipengaruhi oleh karakteristiknya yang berbeda-beda pada setiap sumbernya karena dipengaruhi oleh jenis batubara, kondisi pembakaran, dan pendinginan. Oleh karena itu, karakterisasi abu layang melalui analisis XRF dan XRD penting untuk dilakukan. Mengacu pada ASTM C618 diketahui bahwa abu layang PLTU Tanjung Selor merupakan abu layang Kelas F karena memiliki total kandungan SiO2+ Al2O3 + Fe2O3 adalah 71,4% (>70%) dan CaO sebesar 13,83% (<15%). Hasil XRD juga menunjukkan bahwa abu layang ini didominasi oleh Fe2O3 dan SiO2 dengan munculnya puncak Fe2O3 (hematit) pada 2θ= 33,44; 35,57; 43,27° (PDF 01-073-0603) dan SiO2 (kuarsa) pada 2θ = 20,81; 26,63; 50,14; 57,26; 68,34° (PDF 01-085-0335). Karakteristik dari abu layang ini menunjukkan bahwa abu layang ini memiliki potensi sebagai prekursor untuk sintesis zeolit X dan P karena memiliki rasio SiO2/Al2O3 1,63. Selain itu, karena kandungan Si dan Al yang dominan abu layang ini juga berpotensi sebagai prekursor geopolimer, kandungan Fe yang dominan (27%) juga mampu meningkatkan kekuatan dari geopolimer. Artikel ketiga mengangkat topik optimasi dosis pupuk NPK dan asam humat untuk memperbaiki kualitas tanah bekas tambang batubara serta mendukung pertumbuhan sengon solomon. Tanah bekas tambang batubara secara umum terdegradasi, serta memiliki kandungan bahan organik, ketersediaan hara esensial, KTK dan kejenuhan basa yang tergolong rendah. Kondisi ini kurang mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK sebanyak 100 g plus asam humat sebanyak 20 g /lubang tanam (P5) merupakan perlakuan terbaik dalam memperbaiki K-dd tanah dengan pertambahan tinggi tanaman 110,83 cm, diameter 28,65 mm dan BKA sebesar 10,63 g, terjadi peningkatan pertambahan tinggi tanaman sengon Solomon sebesar 101,21%, diameter sebesar 65,13% dan BKA sebesar 75,12 % dibandingkan dengan pemberian 50 g NPK plus 10 g asam humat (P1). Peningkatan dosis NPK dan asam humat dari 50 g NPK Plus 10 g asam humat menjadi 100 g NPK dan 20 g asam humat berpotensi meningkatkan pertumbuhan tanaman sengon Solomon secara nyata. Artikel keempat memaparkan pemastian validitas pengujian kadar seng secara kompleksometri terhadap modifikasi teknik preparasi dalam konsentrat seng sulfida. Sfalerit di alam perlu diolah melalui proses konsentrasi agar menjadi konsentrat ZnS yang tinggi nilai jual. Kadar seng (Zn) dalam konsentrat ZnS ditetapkan secara kompleksometri mengacu ISO 13658:2000 yang dimodifikasi pada tahap preparasi. Hasil penetapan Zn dalam CRM O354 oleh Analis X diperoleh rerata sebesar 49,23% dengan RSD=0,37% dan rentang Recovery=(99,5-100,6)% sedangkan Analis Y diperoleh rerata sebesar 49,03% dengan RSD=0,64% dan rentang Recovery=(98,1-99,9)%. Rerata hasil penetapan Analis X dan Analis Y sebesar 49,13% dengan ketidakpastian gabungan diperluasnya sebesar 1,90% sehingga kadar Zn diperoleh sebesar (49,13±1,90)% maka ketidakpastian relatif (KR) diperoleh sebesar 3,87%. Kriteria minimum evaluasi kinerja metode dengan uji presisi secara ripitabilitas yaitu RSD<2/3CV Horwitz dan reprodusibilitas (Uji F) yaitu Fhitung<Ftabel sedangkan kriteria minimum uji akurasi dengan persen perolehan kembali yaitu Recovery=(98-102)% sedangkan kriteria minimum perbandingan hasil uji terhadap nilai benar dalam sertifikat CRM (Uji t) yaitu thitung<ttabel dan kriteria dari ketidakpastian relatif (KR) yaitu <5%. Hasil evaluasi validitas penetapan Zn dalam Konsentrat ZnS menggunakan metode modifikasi ISO 13658:2000 telah memenuhi semua parameter validitas hasil uji. Artikel kelima membahas produksi serbuk kalsium karbonat dari batu gamping dengan mesin penggerus hasil modifikasi di PT Sugih Alamanugroho. Untuk memperoleh serbuk kalsium karbonat, batu gamping dikeringkan, direduksi ukurannya dan dikelompokkan menurut ukuran. Proses pengeringan dilakukan hingga kadar air kurang dari 4%. Selanjutnya batu gamping diremukkan menggunakan peremuk rahang dan dilanjutkan dengan peremukan sekunder menggunakan hammer mill. Hasil penggerusan sekunder digerus kembali menggunakan mesin penggerus yang dimodifikasi. Serbuk kalsium karbonat dengan bantuan blower melewati ayakan berukuran 800 mesh masuk ke dalam kolektor siklon. Serbuk berukuran 800 mesh (lebih berat) jatuh ke dasar siklon, sedangkan yang berukuran 1.200 mesh (lebih ringan) keluar dari siklon dan tertampung pada kantong-kantong kain. Dari seluruh rangkaian produksi dihasilkan produk serbuk kalsium karbonat, namun tidak memenuhi target jumlah produksi akibat hambatan yang terjadi berupa pemadaman listrik, penggantian suku cadang atau pemeliharaan alat, kerusakan mesin dan ketersediaan suku cadang yang terlambat. Artikel keenam menyajikan studi perbandingan proses pelindian untuk ekstraksi skandium dari terak residu bauksit. Skandium diklasifikasikan sebagai unsur tanah jarang. Keberadaannya secara geokimia dalam jumlah kecil sebagai mineral ikutan. Akibatnya, produksi skandium sangat terbatas dan dihasilkan dari sisa pengolahan mineral utama. Indonesia memiliki deposit bauksit yang besar dan diolah menjadi alumina yang menghasilkan residu bauksit sebagai produk samping. Residu bauksit mengandung logam tanah jarang termasuk skandium. Pada penelitian ini dilakukan berbagai cara untuk mengekstraksi skandium dari terak residu bauksit. Proses benefisiasi residu bauksit dilakukan melalui proses reduksi dan peleburan yang dilanjutkan dengan pemisahan magnetik. Ekstraksi skandium dilakukan dari terak residu bauksit melalui proses pelindian dengan asam sulfat pekat, sulfatasi, alkali fusion (peleburan basa), dan pelindian asam 2 tahap. Persen ekstraksi skandium terbaik diperoleh dengan menggunakan pelindian asam 2 tahap yaitu 88,40%, pada konsentrasi asam 500 g/kg, suhu 90°C, dan waktu pelindian 3 jam untuk setiap tahap pelindian. Selain itu dihitung juga persen ekstraksi neodimium dengan nilai terbaiknya adalah 76,97%, menggunakan alkali fusion, pada kondisi peleburan dalam NaOH, suhu 700°C selama 3 jam. Artikel terakhir memaparkan topik validitas hasil pengujian kadar timbal secara kompleksometri terhadap modifikasi teknik preparasi dalam produk konsentrat timbal sulfida. Untuk mendapatkan konsentrat PbS, galena di alam harus diolah terlebih dahulu melalui proses konsentrasi. Kadar timbal (Pb) dalam konsentrat (PbS) ditetapkan secara kompleksometri mengacu kepada ISO 13545:2000 yang dimodifikasi pada tahapan preparasinya. Pada penelitian ini dilakukan validitas hasil pengujian menggunakan beberapa parameter meliputi uji presisi (ripitabilitas dan reprodusibilitas), akurasi (nilai perolehan kembali/%recovery), dan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran. Pada penelitian ini digunakan CRM Pb353 sebagai sampel uji yang memiliki rentang kadar Pb antara 58,20-64,33%. Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata kadar Pb dalam CRM Pb353 sebesar 61,11% untuk analis A dan 61,00% untuk analis B. Penelitian ini telah memenuhi uji presisi secara ripitabilitas (SBR 0,46% untuk analis A dan SBR 0,39% untuk analis B < 2/3 coefficient variance (CV) Horwitz 1,44%) dan reprodusibilitas (Fhitung 1,34 < Ftabel 4,28 dan P-value 0,37 > taraf nyata 0,05). Akurasi dengan %recovery (analis A 99,06–100,53% dan analis B 99,23–99,98%), serta estimasi ketidakpastian hasil pengukuran (µrelatif 2,27% < 5%). Hasil uji Pb secara kompleksometri dengan modifikasi teknik preparasi dalam produk konsentrat PbS telah memenuhi semua parameter validitas hasil uji. Demikian beberapa artikel yang disajikan pada Jurnal terbitan kali ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Diterbitkan: 2023-10-26