Download
Arsip - Halaman 5
-
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Juli 2011
Vol 7 No 3 (2011)Aktifitas penambangan mineral dan batubara serta pengolahannya jika tidak dikelola secara baik dan profesional akan menjadi salah satu penyumbang limbah yang notabene berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Bagi industri pertambangan skala besar secara umum sudah melakukan penanganan limbah, misalnya limbah pengolahan sebelum dikeluarkan sudah melalui proses detoksifikasi atau proses sejenisnya. Namun tidak demikian halnya bagi industri-industri kecil-menengah. Penambangan dan pengolahan bijih emas skala kecil di Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) yang memakai logam cair merkuri untuk menangkap partikel-partikel emas adalah salah satu contoh yang perlu perhatian serius. Limbah cair dan sedimen yang dibuang terdeteksi mengandung bahan berbahaya merkuri diatas ambang batas yang diijinkan. Oleh karena itu, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (jurnal tekMIRA) edisi Juli 2011 ini diawali dengan membahas salah satu cara mengurangi kandungan berbahaya merkuri yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat setempat. Untuk itu telah dibuat rancangan pengelolaan limbah secara sederhana, murah dan bermanfaat, yaitu menggunakan tanaman eceng gondok yang mempunyai kemampuan menyerap ion-ion merkuri. Jadi teknologi pengolahan limbah sangat diperlukan sebagai kunci dalam memelihara kesehatan lingkungan. Makalah kedua masih berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan yaitu melalui kajian reklamasi lahan bekas tambang untuk keperluan pertanian. Lahan bekas tambang pada umumnya telah mengalami degradasi meliputi perubahan sifat-sifat fisika, kimia dan biologis tanah, yang artinya tingkat kesuburannya rendah. Dalam kajian ini telah dilakukan serangkaian pentahapan kajian pengolahan tanah, penggemburan, pemberian kapur untuk tanah asam, pemberian pupuk kandang sebelum revegetasi. Kemudian ditanami jagung, cabe dan kacang tanah serta diberi pupuk buatan secukupnya. Hasil tanaman memberikan nilai cukup signifikan, yang berarti bahwa lahan bekas tambang ternyata bisa dimanfaatkan dengan baik sebagai lahan pertanian. Makalah berikutnya masih berkaitan dengan masalah lingkungan yaitu kemungkinan adanya senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) dari emisi pembakaran briket batubara. Senyawa PAH diketahui sangat berbahaya karena bersifat karsinogenik yaitu diyakini sebagai pencetus tumor/kanker dan biasanya terkandung pada tar batubara. Namun, hasil identifikasi terhadap emisi pembakaran briket batubara ternyata cukup aman dengan konsentrasi total PAH dibawah nilai ambang batas. Berikutnya, untuk makalah keempat dan kelima beralih ke masalah keekonomian mineral dan batubara. Kita tahu bahwa Undang-undang No. 4/2009 tentang Minerba secara umum isinya menyangkut perihal do- mestic market obligation, kebijakan produksi minerba, peningkatan nilai tambah dan good mining practice. Ini semua tentu dalam rangka optimalisasi manfaat pertambangan bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun kajian tentang peranan pertambangan mineral/batubara di Indonesia saat ini bagi perekonomian nasional sepertinya belum cukup memberikan manfaat optimal, karena masih teridentifikasi beberapa kendala-kendala yaitu: produk pertambangan sebagian besar masih dalam bentuk bahan mentah, sulitnya dukungan perbankan, sumber daya manusia belum memadai, teknologi masih konvensional, hubungan industri dengan lembaga litbang belum terjalin dengan baik padahal inovasi teknologi sangat diperlukan. Makalah terakhir adalah pra-studi kelayakan finansial pembangunan industri Coal Water Mixture (CWM). Hasil kajian sementara menunjukkan bahwa pembangunan pabrik CWM dari aspek finansial sangat menguntungkan. Oleh karena itu, sebaiknya para pemangku kepentingan seperti investor, bank pemberi kredit, pemerintah sebagai fasilitator tata peraturan dan perundang-undangan perlu berkomunikasi secara intensif untuk pengembangan energi berbasis batubara.
Demikian sekilas uraian kata pengantar dari redaksi, mudah-mudahan jurnal tekMIRA edisi Juli 2011 ini bisa bermanfaat untuk semua pembaca. Selamat membaca.
Redaksi
-
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi April 2011
Vol 7 No 2 (2011)Pemberdayaan publik melalui penelitian pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat industri di Indone- sia. Sepertinya ada korelasi antara kemajuan industri dalam suatu negara dengan kemajuan penelitian yang diraihnya. Di sinilah diperlukan peran masyarakat ilmiah agar berinisiatif mengungkap berbagai hal yang masih tersembunyi dengan menyampaikan informasi yang telah teruji secara ilmiah dalam media yang terpercaya untuk dapat diaplikasikan oleh industri.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (Jurnal tekMIRA) muncul kembali di hadapan sidang pembaca dalam edisi April 2011 untuk menginformasikan secara ilmiah beragam masalah yang sebelumnya masih tersembunyi menjadi terbuka tentang berbagi hal berkaitan dengan mineral dan batubara di Indonesia. Artikel pertama membahas tentang perkiraan kandungan karbon terserap di daerah reklamasi hutan bekas aktifitas penambangan batubara melalui teknologi penginderaan jauh. Masalah ini berkaitan dengan isu pemanasan global, dimana keberadaan hutan sangat penting artinya dalam menyerap karbon. Meskipun hasil kajian menunjukkan bahwa kegiatan reklamasi di area studi masih memberikan kontribusi serapan karbon yang kecil, namun prosedur reklamasi hutan secara intensif harus terus dilaksanakan. Artikel kedua menyoroti tentang kelayakan industri bahan bangunan seperti industri bata, paving block, dengan memanfaatkan sifat geopolimer abu terbang dari limbah pembakaran batubara sebagai bahan baku utamanya. Berdasarkan kriteria investasi bahwa usaha ini layak, tentunya keberadaan usaha lebih baik berdekatan dengan keberadaan limbah tersebut. Aplikasi usaha pemanfaatan limbah pembakaran batubara akan dapat meminimalisir pencemaran lingkungan. Artikel berikutnya berkaitan dengan perijinan kegiatan pertambangan dan pengaturan tata ruang pada kasus di daerah NTT. Kajian ini fokus pada sistem otomatisasi pencadangan wilayah pertambangan berbasis sistem informasi geografis (SIG), untuk dapat mempercepat proses perijinan dengan data yang akurat dan terhindar dari tumpang tindih lahan. Selanjutnya, artikel yang membahas kemungkinan peningkatan produksi semen (5-6%) di Indonesia pada periode 2010 – 2015. Seiring dengan peningkatan produksi semen, maka akan diikuti pula oleh kenaikan kebutuhan bahan bakunya yang berasal dari pertambangan bahan galian seperti batu gamping, tanah liat, pasir kuarsa, pasir besi, gipsum dan batubara. Artikel terakhir membahas tentang interpretasi keberadaan endapan mineral kasiterit sebagai sumber bijih timah putih di lepas pantai pulau Singkep. Berdasarkan aspek sedimentologi dan korelasi stratigrafi dalam skala waktu Holosen, ternyata keberadaan mineral kasiterit di daerah tersebut disebabkan karena adanya perubahan regim aliran yang artinya cenderung diakibatkan oleh terjadinya perubahan iklim dan naiknya muka laut.
Demikian sekilas rangkuman isi jurnal ini, namun demikian redaksi ingin mengundang lebih banyak lagi karya-karya ilmiah di bidang mineral dan batubara untuk mengungkapkan berbagai hal penting dan perlu bagi publik ke dalam bentuk tulisan; karena apa yang kita ketahui akan menjadi berguna jika telah diungkapkan secara tertulis dalam jurnal yang baik.
Redaksi -
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2011
Vol 7 No 1 (2011)Putaran waktu seolah bergerak cepat, tidak terasa kini perjalanan waktu kita telah memasuki tahun baru 2011. Tentunya banyak yang sudah kita lakukan, namun masih lebih banyak lagi yang belum kita lakukan. Peningkatan kualitas Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (jurnal tekMIRA) merupakan salah satu upaya yang terus- menerus kita lakukan dengan menyajikan berbagai informasi terbaru hasil-hasil penelitian, kajian dan perekayasaan di bidang mineral dan batubara.
Sebagai edisi awal tahun 2011, Jurnal tekMIRA Vol.7, No.1, Januari 2011 kembali terbit dengan memuat artikel-artikel ilmiah perbatubaraan dan permineralan di Indonesia. Artikel pertama yang perlu disimak adalah kajian mengenai peluang dan tantangan peningkatan nilai tambah batubara kalori rendah yang mungkin akan dihadapi oleh pemerintah dan perusahaan pertambangan batubara saat ini dan di masa depan khususnya berkaitan dengan amanat Undang-undang No. 4/2009. Selain itu, harapan untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan batubara kalori rendah di Indonesia, perlu dikaji dampak profitabilitas pengusahaannya dikaitkan dengan rencana pemerintah untuk menurunkan tarif DHPB (Dana Hasil Penjualan Batubara) yang notabene sebagai insentif kepada pengusaha penambang batubara kalori rendah. Apakah rencana kebijakan ini mampu menggairahkan pengusahaan batubara kalori rendah di Indonesia atau malah sebaliknya; bahasannya dapat disimak pada artikel kedua. Masalah limbah atau ampas pengolahan mineral mulai menjadi topik penting akhir-akhir ini, karena pemanfaatan mineral ampas secara teoritis dapat mengurangi jumlah limbah, meminimalisir pencemaran lingkungan, menghemat sumber daya alam dan mungkin dapat mempertahankan lingkungan untuk generasi mendatang (sustainable). Jumlah mineral ampas pengolahan bijih emas Pongkor semakin hari semakin banyak, bahkan mineral ampas tersebut ditengarai masih mengandung emas/perak yang cukup potensial. Namun, sebelum memutuskan untuk mengolahnya perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik kandungan emas/perak yang mungkin ada di dalam mineral ampas tersebut, sehingga kelak dapat menentukan teknologi pengolahannya yang tepat. Hasil penelitian ini disuguhkan pada artikel ketiga. Selain bijih emas; PT. Aneka Tambang juga akan segera merealisasikan penambangan dan pengolahan bijih bauksit di Kalimantan Barat untuk menghasilkan alumina. Pabrik ini ditandai akan mengeluarkan limbah hampir sebanyak 50% dari jumlah bijihnya berupa lumpur merah (red mud) atau residu bauksit. Pemanfaatan residu bauksit untuk dijadikan bahan tahan api (refraktori alumina) adalah salah satu alternatif kemungkinan daur ulang limbah. Hasil penelitian ini dapat disimak pada artikel kempat dalam jurnal ini. Wilayah pertambangan merupakan bagian dari tata ruang nasional. Untuk itu pengkajian penetapan peruntukan lahan usaha pertambangan guna mengalokasikan lahan berpotensi bahan tambang juga dibahas dalam artikel terakhir jurnal tekMIRA edisi ini. Kajian penentuan peruntukan lahan usaha pertambangan untuk daerah kabupaten Sukabumi - Jawa Barat dilakukan dengan teknik statistik metode K-means clustering yang berbasis sistem informasi geografi (SIG).
Untuk memicu semangat dalam upaya peningkatan kualitas jurnal tekMIRA secara berkesinambungan, mungkin tepat jika menyimak ungkapan bahwa masa lalu adalah kenangan sekaligus pembelajaran, hari ini adalah kenyataan, hari esok adalah tantangan dan harapan untuk menjadi lebih baik. Demikian sekilas kata pengantar dari redaksi. Selamat membaca dan selamat tahun baru 2011.
Redaksi -
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Oktober 2010
Vol 6 No 4 (2010)Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 6, No.4 edisi Oktober 2010 sebagai edisi terakhir untuk tahun 2010, terbit untuk menyajikan beberapa topik ilmiah dengan isu utama masih berkaitan dengan Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; bahwa penerapan Undang- undang Nomor 4 Tahun 2009 yang telah menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 ditengarai akan memunculkan permasalahan-permasalahan baru dalam pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara ke depan, karena Undang-undang yang baru tersebut sangat terkait dengan otonomi daerah, sebaliknya Undang-undang yang lama lebih bersifat sentralistik. Oleh karena itu, topik utama Jurnal edisi ini diawali dengan membahas kemungkinan meminimalisasi permasalahan yang cenderung muncul, agar investasi di bidang pertambangan mineral dan batubara dapat berkelanjutan dan tidak berdampak negatif. Topik yang lain adalah mengenai analisis nilai sumber daya bijih bauksit, nikel dan emas berdasarkan data neraca fisik dan moneter untuk ketiga sumber daya mineral tersebut. Dari data neraca tersebut dapat diketahui umur produksi serta perolehan nilai keuntungan ekonominya. Kajian ini bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam memahami keadaan sumber daya mineral pada saat ini dan memantau penggunaannya demi terjaminnya pembangunan Indonesia secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Teknologi peningkatan nilai tambah dolomit juga dibahas dalam jurnal edisi ini, karena dolomit alam yang bernilai ekonomi rendah, jika diekstrak menjadi kiserit akan memberikan nilai ekonomi lebih tinggi. Kiserit adalah jenis pupuk untuk pertanian/ perkebunan yang mengandung unsur utama Mg dan S. Menurut ahli pertanian, unsur Mg sangat diperlukan dalam pembentukan klorofil/hijau daun, sementara unsur S berfungsi untuk menambah energi sebagai stimulan daya kerja unsur-unsur hara lainnya. Karena itu, penelitian pembuatan pupuk berbasis mineral ini adalah sebagai kontribusi Puslitbang tekMIRA, Badan Litbang Kementerian ESDM, yang berupaya ikut mendukung sektor unggulan pemerintah Indonesia di bidang pertanian. Teknik penambangan manual perlu diinovasi dengan sistem otomatisasi. Kajian otomatisasi melalui aplikasi komputer difokuskan tentang perhitungan pemindahan volume tanah yang akan ditambang atau digali dalam kegiatan tambang terbuka. Dengan demikian, pemantauan kemajuan suatu tambang dapat diketahui dengan lebih cepat dan lebih akurat. Nilai tambah yang diperoleh dari sistem otomatisasi ini adalah efisiensi teknologi. Topik terakhir adalah metode analisis Fuzzy K-Means Clustering berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG) yang disuguhkan kepada para pembaca sebagai salah satu alternatif untuk penentuan wilayah usaha pertambangan. Metode ini dapat menggambarkan karakteristik bahan galian berdasarkan segmentasi atau pengelompokkan data hasil analisis SIG. Metode ini mungkin bermanfaat dalam upaya penetapan rencana umum tata ruang usaha pertambangan, sehingga memudahkan investor pertambangan memilih atau mencari wilayah usaha tambang yang lebih prospektif.
Beragam sajian makalah di atas mengisyaratkan bahwa komoditas mineral dan batubara di Indonesia masih perlu ditangani secara profesional. Aspek perundang-undangan serta aspek peningkatan nilai tambah komoditas mineral dan batubara harus terus-menerus dilakukan dengan cara mengkaji berbagai metode analisis yang akurat, inovasi teknologi termasuk sistem otomatisasi, dan tentu saja perlu penguasaan teknologi peningkatan nilai tambah. Akhir kata, redaksi berharap bahwa ragam topik yang disajikan dalam Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara edisi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para peneliti, perekayasa, pemerhati subsektor mineral batubara serta para pembaca pada umumnya. Semoga edisi-edisi berikutnya tahun depan dapat hadir lebih baik dengan karya-karya ilmiah sesuai semangat dan paradigma Undang - undang No.4 tahun 2009.
Redaksi
-
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Juli 2010
Vol 6 No 3 (2010)Komitmen keberpihakan pemerintah pada subsektor mineral dan batubara untuk kepentingan dalam negeri berdasarkan amanat Undang-undang Minerba No.4 tahun 2009 secara terus menerus didengungkan menuju pola penciptaan nilai tambah. Dalam hal ini menteri ESDM mendorong Dirjen Minerbapabum untuk menyusun target-target penciptaan nilai tambah yang optimal. Seiring dengan hal tersebut, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara edisi ini berpartisipasi mengetengahkan hasil-hasil kajian dan penelitian yang berkaitan dengan nilai tambah; termasuk kajian peraturan-peraturan, pengembangan wilayah dan dampak penambangan sebagai manifestasi dari peningkatan nilai tambah tersebut.
Peraturan daerah (Perda) merupakan perangkat yang diharapkan mampu menata langkah-langkah penerapan investasi peningkatan nilai tambah subsektor mineral dan batubara yang tepat di daerah. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa euforia reformasi yang telah berjalan satu dasa warsa ini memunculkan daerah-daerah otonom yang “over-reactive” menerbitkan bebagai peraturan daerah untuk mengatur kondisi daerahnya sesuai prinsip otonomi daerah. Ironisnya; daerah cenderung mengutamakan peningkatan penerimaan pendapatan asli daerahnya yang tidak sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Pada akhirnya, iklim usaha yang tidak kondusif muncul dan menghambat pertumbuhan ekonomi serta peluang investasi di daerah tersebut. Solusi pemecahan masalah berupa saran-saran konstruktif juga dikemukakan dalam kajian ini.
Teknologi peningkatan nilai tambah batu kapur khususnya mengenai penciptaan produk-produk berbasis batu kapur diulas terperinci melalui pendekatan deskriptif, kompilasi dan eksplanatori. Materi ulasannya mulai dari produk kapur kualitas sedang hingga kualitas tinggi termasuk spesifikasinya yang dapat diproduksi melalui proses inovasi teknologi. Produk-produk batu kapur seperti PCC, GCC dan nano-PCC berharga jauh lebih mahal untuk bahan baku industri yang lebih maju. Pasir zirkon, yang keberadaannya masih berkualitas rendah, terhampar sebagai pasir sisa penambangan/ pengolahan emas alluvial di Kalimantan, diupayakan diolah menjadi zirkonia semi-stabil sebagai material kuat, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alloy oleh industri-industri permesinan, piston, nozel, dll. Zirkonia semi-stabil ini memiliki nilai tambah jauh lebih tinggi dibandingkan pasir zirkon. Namun topik ini masih pada tahap penelitian di laboratorium.
Analisis cadangan dan kualitas lempung Kebumen serta dampak penambangannya terhadap lingkungan serta kemungkinan mereduksi dampak negatifnya juga dibahas melalui perolehan data-data peta tematik, geologi lapangan dan analisis laboratorium. Selain itu, disajikan pula kajian pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar untuk penentuan lokasi prioritas pengusahaan bahan galian melalui metode analisis faktor. Kedua topik bahasan terakhir ini juga merupakan pengejawantahan aspek peningkatan nilai tambah.
Akhir kata, redaksi percaya bahwa ragam topik kajian dan penelitian yang disajikan dalam Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara edisi ini dapat menambah wawasan para peneliti, perekayasa, pemerhati subsektor mineral batubara serta para pembaca pada umumnya.
Redaksi
-
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2010
Vol 6 No 1 (2010)Sebagai peneliti atau pejabat fungsional lainnya, konon belum terasa lengkap, bila belum membaca karya-karya ilmiah dari majalah atau jurnal terbaru di bidang masing-masing, demikian ungkap seorang pakar yang telah malang-melintang di dalam maupun luar negeri. Memang di Indonesia sudah banyak bermunculan jurnal-jurnal ilmiah. Namun diakui, sebagian besar jurnal-jurnal lokal tersebut masih belum mampu menyamai jurnal-jurnal ilmiah luar negeri. Walaupun demikian, apapun alasannya, Jurnal tekMIRA ini pastilah bermanfaat, paling tidak berusaha membawa misi sebagai sarana berbagi informasi iptek yang diwujudkan melalui pengungkapan misteri teknologi secara sistematis atau yang lazim disebut sebagai karya ilmiah berkaitan dengan komoditas mineral dan batubara di Indonesia.
Jurnal tekMIRA edisi kali ini mengetengahkan hasil-hasil penelitian yaitu: Pemanfaatan mineral berunsur besi sebagai katalis dalam proses pencairan batubara untuk mendapatkan bahan bakar minyak alternatif. Mineral berunsur besi diambil dari ampas flotasi bijih sulfida tembaga/emas PT. Freeport Indonesia yang banyak mengandung pirit. Diharapkan, proses pencairan batubara kelak dapat ikut berpartisipasi memanfaatkan ampas yang jumlahnya melimpah itu. Kolektor anionik ditiofosfat (DTP) diketahui sebagai kolektor untuk flotasi mineral-mineral sulfida seng dan tembaga dengan kemampuan hidrofobisitas lemah. Oleh karena itu, dia jarang digunakan sebagai kolektor tunggal, melainkan hanya digunakan sebagai kolektor tambahan (extender collector) terhadap kolektor lain, misalnya xanthate. Walaupun demikian, percobaan mengapungkan kalkopirit dan sfalerit menggunakan kolektor DTP sebagai kolektor utama berhasil baik, asalkan memiliki rantai hidrokarbon yang panjang. Nikel matte berupa senyawa logam nikel-belerang saat ini diproduksi oleh PT. Inco. Produk ini bukan produk akhir logam nikel, namun perlu diolah lebih lanjut, agar menghasilkan logam nikel. Upaya mengolah nikel matte menjadi logam nikel melalui jalur hidrometalurgis sedang diteliti keberhasilannya yang dituangkan dalam jurnal ini. Selain itu, rencana penambangan/pengolahan bijih bauksit di Kalimantan Barat yang dikelola oleh PT. Antam Tbk. akan beroperasi menggunakan proses Bayer yang tentunya akan menghasilkan limbah berupa lumpur merah (red mud) sebanyak kira-kira 50% dari bijihnya yang diolah, dan mengandung besi sekitar 35% dari limbah tersebut. Limbah ini jika tidak ditangani dengan baik, akan mencemari lingkungan. Partisipasi dalam hal mengambil besi dari lumpur merah untuk bahan baku peleburan besi telah dilakukan melalui percobaan laboratorium dan hasilnya untuk sementara dituangkan dalam jurnal ini. Bahan galian nonlogam dulu disebut bahan galian industri, ibarat “hidup segan mati pun tak mau”, meskipun disebutkan jumlahnya cukup banyak di Indonesia. Perkembangan produksi bahan galian nonlogam ini sangat fluktuatif; sebagian besar diproduksi dengan kualitas rendah tanpa disentuh teknologi pengolahan yang tepat. Perkembangan dan prospeknya diulas dan dievaluasi melalui pendekatan deskriptif dengan memanfaatkan data proyeksi terbaru yang telah dihitung oleh berbagai sumber.
Beragam makalah di atas mengisyaratkan bahwa komoditas mineral dan batubara di Indonesia masih perlu ditangani secara profesional. Hal ini sesuai dengan salah satu klausul dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa aspek peningkatan nilai tambah komoditas tersebut harus terus-menerus dilakukan dengan cara melakukan peningkatan penguasaan teknologi yang terkait. Dengan demikian diharapkan komoditas tersebut mendapat respons yang baik dari para penggunanya, terutama industri pemakainya yang selama ini melakukan impor komoditas serupa, agar tingkat ketergantungan kebutuhan komoditasnya dapat dipenuhi dari dalam negeri sendiri.
Redaksi
-
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Oktober 2009
Vol 5 No 4 (2009)Sehubungan dengan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1430 H pada akhir September 2009 yang lalu, kami dari Dewan Redaksi Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (Jurnal tekMIRA) mengucapkan selamat, mohon maaf lahir dan batin. Semoga amal dan ibadah saum Ramadan kita diterima oleh Allah swt dan semoga pula kefitrian yang telah kita capai dapat menambah semangat untuk selalu berusaha meningkatkan kinerja dalam menciptakan karya tulis ilmiah yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diterapkan dalam dunia industri dan masyarakat luas lainnya. Kepada para peneliti, perekayasa, pembaca dan pemerhati teknologi mineral dan batubara, perlu kami mengulang pemberitahuan sebelumnya bahwa Jurnal tekMIRA terbit menjadi empat kali per tahun yang sebelumnya tiga kali per tahun. Hal ini merupakan arahan dari Pusbindiklat-LIPI untuk menggabungkan Jurnal Bahan Galian Industri dan Jurnal tekMIRA, dengan nama tetap Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (Jurnal tekMIRA). Dalam edisi ini, redaksi menyuguhkan beragam topik penelitian/pengkajian teknologi mineral dan batubara, penelitian geologis, yang merefleksikan sebagian kegiatan ilmiah penelitian dan pengkajian di Puslitbang tekMIRA, Pusat Survei Geologi serta Dinas Pertambangan dan Energi Sulawesi Tenggara.
Pembahasan dimulai dari pengolahan bijih bauksit. PT Antam Tbk. saat ini sedang aktif melakukan persiapan pendirian pabrik pengolahan bauksit untuk memproduksi chemical grade alumina berkapasitas 350.000 ton per tahun di Tayan-Kalimantan Barat; sedangkan pemrosesan bauksit Kijang yang baru akan diarahkan ke produk metallurgical grade. Untuk itu, Puslitbang tekMIRA ikut berpartisipasi dalam penelitian prapengolahannya dengan scrubbing, agar jalur pengolahan berikutnya menjadi lebih efektif dan efisien. Hal lain yang dibahas adalah kemungkinan keterdapatan endapan emas primer di Kabupaten Bombana-Sulawesi Tenggara. Kajian geologis ini dilakukan berkaitan dengan kurangnya dukungan data yang dimiliki oleh pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara, akibat dari maraknya penambangan emas rakyat secara ilegal di Bombana yang gencar diberitakan oleh media massa awal 2009 ini. Tambang emas rakyat yang tidak beraturan akan mendatangkan persoalan di kemudian hari. Data geologis yang diperoleh dari kajian ini, diharapkan kelak dapat menjadi pegangan pemerintah daerah setempat untuk mengeluarkan kebijakan dan pedoman pengelolaan sumber daya mineral, terutama emas, yang telah minimbulkan beragam permasalahan (teknis, lingkungan dan sosial-budaya) di daerah ini. Di Propinsi Riau telah dilakukan kajian identifikasi peluang pengembangan sumber daya alam. Hasil kajian mengindikasikan bahwa prioritas utama terletak pada pengembangan batubara untuk gasifikasi dan/atau untuk PLTU mulut tambang. Mengenai bahan galian industri diketahui bahwa fosfat sebagai bahan pupuk perlu dikembangkan, karena sejalan dengan program pemerintah tentang enam sektor pengembangan industri Indonesia; salah satunya adalah sektor pertanian, yang tentunya memerlukan banyak pupuk. Fosfat Indonesia yang umumnya berjenis guano relatif sulit diolah dengan cara tradisional biaya murah. Untuk itu, cara bioleaching mungkin menjadi alternatif dan inovatif. Zeolit dengan nilai KTK (kapasitas tukar kation) tinggi selalu diminati oleh konsumen; maka pengetahuan KTK berdasarkan kehalusan butiran menjadi topik pembahasan terakhir dalam Jurnal tekMIRA edisi ini.
Sebagai penutup kata ada peribahasa mengatakan akal tak sekali tiba, yaitu tidak ada suatu pekerjaan yang sekali dikerjakan terus jadi sempurna. Dengan alasan ini, redaksi akan terus berusaha keras senantiasa memperbaiki dan memperbaiki lagi kualitas terbitan ilmiah ini dengan penuh keikhlasan, tanpa lelah dan bosan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
-
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Juli 2009
Vol 5 No 3 (2009)Ada hal baru yang perlu Redaksi sampaikan pada penerbitan jurnal edisi ini, karena jurnal ini merupakan gabungan antara Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara dan Jurnal Bahan Galian Industri, dengan nama jurnal masih tetap menggunakan nama salah satu di antaranya, yakni Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara. Hal ini sesuai dengan arahan Kepala Pusbindiklat LIPI bahwa dalam satu institusi kelitbangan hanya diizinkan menerbitkan maksimal dua jurnal ilmiah. Selama ini Puslitbang tekMIRA memiliki tiga jurnal ilmiah terakreditasi LIPI, yakni Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, Jurnal Bahan Galian Industri dan Indonesian Mining Journal. Dengan adanya ketentuan seperti tersebut, institusi ini sekarang hanya memiliki dua jurnal ilmiah, tanpa kehadiran Jurnal Bahan Galian Industri. Akreditasi Jurnal Bahan Galian Industri tersebut hanya berlaku hingga terbitan April 2009 yang lalu. Beragam makalah ilimiah dalam ‘bank data’ Jurnal Bahan Galian Industri tersebut akan segera disalurkan penerbitannya melalui Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara. Dengan adanya penambahan makalah-makalah ini, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara akan terbit empat kali/tahun, yang sebelumnya hanya terbit tiga kali/tahun.
Saat ini keberadaan Undang-Undang (UU) No.4 tahun 2009 sedang hangat-hangatnya dibahas dan dipelajari, yang dalam pasal per pasalnya menyiratkan azas keadilan, kepentingan bangsa, partisipatif, dan teknologi berkelanjutan di sektor pertambangan mineral/batubara. UU tersebut mengandung paradigma pertambangan yang berbeda daripada UU sebelumnya, yang cenderung dapat menggugah semangat baru, khususnya dalam upaya peningkatan nilai tambah yang berwawasan lingkungan untuk peningkatan investasi, penerimaan negara, konservasi sumber daya mineral/batubara di Indonesia. Oleh karena itu, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara yang hadir pada edisi ini menampilkan beberapa karya ilmiah hasil penelitian, inovasi dan kajian terbaru dari para peneliti/perekayasa dengan tujuan mendukung paradigma UU tersebut melalui pemecahan cara ilmiah berbagai masalah teknis dan sosial di kancah pertambangan mineral/ batubara Indonesia. Data-data penelitian dan kajian serta inovasi teknologi yang ditampilkan, diperoleh dari kegiatan- kegiatan langsung di laboratorium, di lapangan, dan uji coba skala pilot plant.
Terbitan jurnal kali ini menampilkan makalah-makalah ilmiah yang relevan dengan paradigma termaktub dalam UU tersebut. Problema pertambangan timah di Propinsi Babel misalnya, dikaji berdasarkan pendekatan multi-disiplin keilmuan. Problema yang teridentifikasi adalah kemarakan penambangan timah oleh rakyat secara konvensional yang berimplikasi negatif. Hal ini mengakibatkan kerugian negara dari royalti, pajak, dan kerusakan lingkungan yang parah. Penyelesaiannya perlu sinkronisasi dan harmonisasi berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan sektor pertambangan timah di berbagai tingkatan pemerintahan, bahkan lintas sektoral. Dari logam timah beralih ke logam emas, di mana diketahui bahwa kegiatan pengolahan emas umumnya dilakukan dengan cara sianidasi dan amalgamasi, menggunakan bahan kimia sianida dan air raksa yang sangat beracun. Penelitian ekstraksi emas alternatif dan inovatif ini menggunakan pelarut emas dari bahan kimia amonia tiosulfat yang diyakini relatif kurang toksik dibandingkan sianida dan air raksa, sehingga disebut sebagai proses inovasi ramah lingkungan. Dengan berbagai pengaruh parameternya diketahui, penelitian ini cukup signifikan dalam kemampuannya mengekstrak emas refraktori dari bijihnya. Selanjutnya, dari mineral logam beralih ke batubara. Pemanfaatan gas dari proses gasifikasi batubara untuk PLTD sistem bahan bakar rangkap (dual fuel), adalah kegiatan uji coba diversifikasi pemanfaatan batubara pada skala pilot plant. Pemanfaatan batubara peringkat subbituminus untuk proses gasifikasi ini sudah berhasil baik. Demikian pula lingkungan udara yang ditimbulkannya ternyata tidak berdampak negatif, yang berarti sudah memenuhi baku mutu. Pencairan batubara sebagai upaya diversifikasi lain dari pemanfaatan batubara sedang dilakukan secara intensif. Pada karya ilmiah ini, aspek pengaruh katalis berbasis besi dengan ditambah krom dan nikel yang menjadi perhatian utama keberhasilan proses pencairan batubara ini. Masih berkaitan dengan batubara, transportasi batubara di Propinsi Kalteng juga dikaji. Saat ini kendala pendangkalan sungai menjadi penghambat jumlah tonase angkut batubara. Pemda setempat berencana membangun jalur angkut kereta api selain jalur angkut sungai yang sudah ada. Pembangunan jalur angkut kereta api diharapkan dapat membantu memecahkan masalah transportasi, sekaligus pengembangan wilayah terpencil dengan terbukanya daerah-daerah terisolasi di pedalaman.
Akhir kata, ada orang bijak berkata, setiap orang yang hidup di dunia apabila tidak berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka orang itu “bodoh”, kelak ia akan meninggal sia-sia. Sebagai peneliti/perekayasa tentu sudah berbuat walau kecil sekalipun, paling tidak berupaya menggeliat untuk meningkatkan kualitas kelitbangan sesuai dengan keahliannya. Oleh karena itu, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara edisi ini dan edisi-edisi berikutnya akan berusaha hadir lebih baik dengan karya-karya ilimiah sesuai dengan semangat dan paradigma Undang-Undang No.4 tahun 2009 tersebut.
Redaksi
-
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2009
Vol 5 No 2 (2009)Usaha peningkatan kelitbangan yang dilakukan oleh para pejabat fungsional peneliti dan perekayasa secara berkelanjutan, setidaknya sudah membuahkan titik terang, yakni meningkatkan spesifikasi teknis produk yang dihasilkan dan kepedulian dengan masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan industri, terutama yang menggunakan bahan bakar batubara. Hal penting ini dilakukan selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Amanat tersebut, terkait dengan masalah dukungan untuk menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, bahkan internasional. Ini merupakan momen-momen penting untuk membuktikan kepada dunia kelitbangan bahwa kualifikasi sumber daya para pejabat fungsional tersebut sudah mulai dapat diperhitungkan, terutama oleh industri-industri penggunanya. Jadi jelas bahwa kolaborasi antara kelitbangan dan industri akan segera terlaksana dengan sendirinya, apabila segala spesifikasi bahan yang dibutuhkan oleh industri tersebut dapat dipenuhi oleh dunia kelitbangan yang ada. Amanat lainnya terkait dengan masalah lingkungan. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya, harus diantisipasi sejak awal pengoperasiannya. Hal ini sangat perlu dilakukan agar sistem pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dapat terlaksana sesuai dengan amanat yang terkandung dalam undang-undang tersebut.
5 buah makalah yang tersaji dalam terbitan jurnal ini memperlihatkan usaha-usaha keras para peneliti dan perekayasa untuk membuktikan kemampuan kelitbangan dalam menghasilkan produk-produk mineral dan batubara yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Penggunaan hidrogen peroksida pada pelarutan bijih emas dengan larutan sianida ternyata dapat meningkatkan jumlah oksigen terlarut, menghemat pemakaian sianida dan mempersingkat waktu pelindian. Hasil percobaan ini menunjukkan perolehan emas maksimum dengan pelindian waktu tertentu. Pemrosesan red mud-limbah ekstraksi alumina dari bijih bauksit bintan dilakukan untuk memperoleh kembali alumina dan soda. Hasilnya memperlihatkan bahwa sekitar 85% alu- mina dan soda dapat diekstraksi atau diperoleh kembali dari red mud dalam larutan. Larutan alumina dan soda ini dapat dikembalikan ke pabrik alumina melalui pemompaan untuk dipresipitasi aluminanya yang sekaligus dapat mengurangi kehilangan sodanya. Larutan ini dapat juga dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan poly aluminum chloride dan tawas sebagai koagulan penjernihan air. Peningkatan penggunaan batubara pada industri tekstil menyebabkan jumlah limbah padat hasil pembakaran batubara juga meningkat. Limbah padat ini dapat menimbulkan masalah lingkungan dan sosial. Studi penanganan limbah tersebut menunjukkan bahwa limbah tersebut tidak bisa dimanfaatkan langsung dan harus ditingkatkan dahulu kualitasnya, agar bisa digunakan untuk bata beton, bahan baku semen dan bahan bangunan. Karbon aktif digunakan secara luas sebagai penyerap dalam proses industri untuk menghilangkan sejumlah pengotor, terutama sebagai penjernih, pengolahan limbah, pemurnian air, obat-obatan dan sebagainya. Percobaan yang dilakukan mengindikasikan bahwa mutu karbon aktif telah memenuhi persyaratan untuk pemurnian air minum dan pengolahan limbah. Sekalipun demikian, percobaan lanjutan perlu dilakukan agar diperoleh karbon aktif yang lebih baik. Kebutuhan kokas pengecoran di Indonesia relatif cukup besar. Untuk satu sentra industri kecil pengecoran membutuhkan ±12.000 ton/tahun kokas. Hasil kegiatan pembuatan kokas untuk pengecoran menunjukkan bahwa mutu kokas yang terbaik adalah kokas bentuk silinder. Perhitungan ekonomis pembuatan kokas dengan kapasitas 3.000 ton/tahun layak untuk diusahakan secara komersial dengan modal Rp 14.650.000.000,-.
Makalah-makalah yang tersaji dalam terbitan jurnal kali ini, diharapkan mampu menjawab segala permasalahan peningkatan nilai tambah komoditas mineral dan batubara serta penanggulangan masalah lingkungan yang dapat diantisipasi sedini mungkin. Hal ini sekaligus dapat dijadikan sebagai wadah bagi para peneliti dan perekayasa dalam mengekspresikan diri dalam menghadapi tantangan dan peluang dalam mendukung pro- gram pemerintah dalam sektor energi dan sumber daya mineral.
Redaksi