ANALISIS KEEKONOMIAN BIJIH BESI INDONESIA

Penulis

  • HARTA HARYADI Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara
  • RIDWAN SALEH Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara

DOI:

https://doi.org/10.30556/jtmb.Vol8.No1.2012.802

Kata Kunci:

nilai tambah, potensi, bijih besi, industri

Abstrak

Indonesia telah mempunyai industri besi baja terpadu, yaitu PT. Krakatau Steel. Namun, seluruh kebutuhan bahan baku industri tersebut masih menggunakan bahan baku besi impor, padahal potensi bijih besi yang dimiliki Indonesia sangat besar. Dari hasil analisis dan evaluasi sektor pertambangan bijih besi, sampai saat ini Indonesia belum memiliki industri pengolahan bijih besi. Akibatnya, seluruh produksi bijih besi dijual dalam bentuk mentah, sementara yang diimpor dalam bentuk olahan (pelet). Volume ekspor bijih besi selalu lebih besar dari impor. Di samping itu, harga ekspor bijih besi lebih murah dibandingkan dengan harga impor. Akibatnya, neraca perdagangan luar negeri Indonesia dalam bijih besi selalu defisit. Di samping itu, Indonesia juga kehilangan kesempatan memperoleh nilai tambah dari penjualan bijih besi, kehilangan kesempatan kerja, dan kehilangan devisa negara. Bila pabrik pengolahan bijih besi di dalam negeri segera bisa direalisasikan pembangunannya, diperkirakan usaha penambangan bijih besi di Indonesia memiliki prospek yang cukup baik, karena selama ini permintaan bijih besi di dalam negeri masih dipasok dari bijih besi impor. Selain itu, pasar dalam negeri yang selama ini dipenuhi dari impor akan secara otomatis terbuka. Tujuan analisis ini adalah untuk mengupas dan menguraikan kondisi pertambangan bijih besi Indonesia dan berbagai kondisi yang memengaruhinya, sehingga di masa mendatang sektor pertambangan bijih besi dapat diarahkan agar memberikan manfaat ekonomi yang lebih optimal bagi perekonomian nasional.

Referensi

Adhi, R.N., 2004. Bijih Besi Indonesia, Bandung, 102 hal.

Badan Pusat Statistik, 2009a. Statistik Industri Besar Sedang, Jakarta, 689 hal.

Badan Pusat Statistik, 2009b. Statistik Impor 2004-2009, Jakarta, 578 hal.

Badan Pusat Statistik, 2009c. Statistik Ekspor 2005-2009, Jakarta, 626 hal.

Badan Pusat Statistik, 2009 d. Statistik Industri Besar dan Sedang 2005-2009, Jakarta, 614 hal.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2009. Perdagangan ekspor dan impor Indonesia, Jakarta, 161 hal.

Dinas Pertambangan Propinsi Kalimantan Selatan, 2009. Pertambangan Kalimantan Selatan. Banjarbaru, 54 hal.

Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, 2009. Statistik Potensi dan Neraca Sumber Daya Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi, Jakarta, 125 hal.

Hidayat, F., 2012. Ekspor bijih besi ke Cina. The Globe Journal, Vol. 2, No. 1, hal.7-13.

Jafar, S., 2009. Pengolahan pelet bijih besi halus menjadi hot metal di dalam kupola. Jurnal Pengolahan Min- eral Lampung, Vol. 2, No. 2, hal.20-28.

PT. Krakatau Steel, 2010. Publikasi PT. Krakatau Steel, Cilegon, 62 hal.

Purdiato, B., 2009. Tinjauan rencana pembangunan industri besi baja di Kalimantan Selatan, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Buletin Sumber Daya Geologi, Vol. 4, No. 2, hal.9-19.

Sobandi, A., 2009. Pemakaian bahan baku lokal pada pembuatan besi di PT. Krakatau Steel, Divisi Riset Pengembangan dan Konservasi Energi PT. Krakatau Steel, Banten. 96 hal.

U.S Geological Survey, 2007a. Mineral Yearbook. USA. 520 p.

U.S Geological Survey, 2007b. Mineral Commodity Summaries. USA. 618 p.

Unduhan

Cara Mengutip

HARYADI, H. dan SALEH, R. (2018) “ANALISIS KEEKONOMIAN BIJIH BESI INDONESIA”, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, 8(1), hlm. 1–16. doi: 10.30556/jtmb.Vol8.No1.2012.802.

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama

1 2 > >>